Sarahdevina's Blog

Juni 4, 2010

Autisme, Retardasi Mental, dan ADHD

Filed under: Uncategorized — sarahdevina @ 9:27 am

I. AUTISME

Autisme adalah gangguan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial. Kata autis berasal dari bahasa Yunani “auto” berarti sendiri yang ditujukan kepada ‘seseorang yang hidup dalam dunianya sendiri. Autisme atau gangguan autistic adalah salah satu gangguan terparah dimasa kanak-kanak. Autism bersifat kronis dan berlangsung sepanjang hidup. Anak-anak yang menderita autis tampak benar-benar sendiri di dunia, terlepas dari upaya orang tua untuk menjembatani muara yang memisahkan mereka.

Mereka yang bergerak dibidang kesehatan saat ini yakin bahwa autism lebih sering muncul dari pada yang diyakini dahulu, yaitu menyerang sekitar 2 sampai 20 orang dari 10.000 orang dalam populasi (Jeffrey, dkk, 2005 ). Gangguan yang lebih banyak terjadi pada anak laki-laki ini umumnya mulai tampak pada anak usia 18-30 bulan. Namun demikian barulah sekitar 6 tahun rata-rata anak yang mengalami gangguan ini untuk pertama kali memperoleh diagnosis. Keterlambatan dalam diagnosis dapat merugikan, karena anak-anak autism umunya akan menjadi lebih baik bila memperoleh diagnosis dan penanganan lebih awal.

Anak-anak autis sering digambarkan oleh orang tua sebagai “bayi yang baik” diawal masa balita. Ini biasanya berarti mereka tidak banyak menutut. Namun, setelah mereka berkembang, mereka mulai menolak afeksi fisik seperti pelukan dan ciuman. Perkembangan bahasanya berada dibawah standart. Biasanya mereka mulai menunjukkan jarak sejak tahun pertama, seperti tidak mau memandang wajah orang lain. Cirri-ciri klinis dari gangguan ini muncul sebelum 3 tahun. Autism merupakan gangguan yang empat sampai lima kali lebih sering terdapat pada laki-laki dari pada perempuan.

Gejala-gejala autisme antara lain:

1. Sikap anak yang menghindari tatapan mata (eye contaact) secara langsung

2. Melakukan gerakan atau kegiatan yang sama secara berulang-ulang (repetitive), gerakan yang terlalu aktif atau sebaliknya terlalu lamban

3. Terkadang pertumbuhan fisik atau kemampuan bicara sangat terlambat

4. Sangat lamban dalam menguasai bahasa sehari-hari, hanya mengulang-ulang beberapa kata saja atau mengeluarkan suara tanpa arti

5. Hanya suka akan mainannya sendiri dan mainan itu saja yang dia mainkan

6. Serasa dia mempunyai dunianya sendiri, sehingga sulit untuk berinteraksi dengan orang lain

7. Suka bermain air dan memperhatikan benda yang berputar, seperti roda sepeda atau kipas angin

8. Kadang suka melompat, mengamuk atau menangis tanpa sebab. Anak autis sangat sulit dibujuk, bahkan menolak untuk digendong dan dibujuk oleh siapapun

9. Sangat sensitive terhadap cahaya, suara maupun sentuhan

10. Mengalami kesulitan mengukur ketinggian dan kedalaman, sehingga mereka sering takut melangkah pada lantai yang berbeda tinggi.

Terapi Autisme

1. Applied Behavioral Analysis (ABA)

ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai , telah dilakukan penelitian dan didisain khusus untuk anak dengan autisme. Sistem yang dipakai adalah memberi pelatihan khusus pada anak dengan memberikan positive reinforcement (hadiah/pujian). Jenis terapi ini bias diukur kemajuannya. Saat ini terapi inilah yang paling banyak dipakai di Indonesia.

2. Terapi Wicara

Hampir semua anak dengan autisme mempunyai kesulitan dalam bicara dan berbahasa. Biasanya hal inilah yang paling menonjol, banyak pula individu autistic yang non-verbal atau kemampuan bicaranya sangat kurang. Kadang-kadang bicaranya cukup berkembang, namun mereka tidak mampu untuk memakai bicaranya untuk berkomunikasi/berinteraksi dengan orang lain. Dalam hal ini terapi wicara dan berbahasa akan sangat menolong.

3) Terapi Okupasi

Hampir semua anak autistik mempunyai keterlambatan dalam perkembangan motorik halus. Gerak-geriknya kaku dan kasar, mereka kesulitan untuk memegang pinsil dengan cara yang benar, kesulitan untuk memegang sendok dan menyuap makanan kemulutnya, dan lain sebagainya. Dalam hal ini terapi okupasi sangat penting untuk melatih mempergunakan otot -otot halusnya dengan benar.

4) Terapi Fisik

Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak diantara individu autistik mempunyai gangguan perkembangan dalam motorik kasarnya. Kadang-kadang tonus ototnya lembek sehingga jalannya kurang kuat. Keseimbangan tubuhnya kurang bagus. Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk menguatkan otot-ototnya dan memperbaiki keseimbangan tubuhnya.

5) Terapi Sosial

Kekurangan yang paling mendasar bagi individu autisme adalah dalam bidang komunikasi dan interaksi . Banyak anak-anak ini membutuhkan pertolongan dalam ketrampilan berkomunikasi 2 arah, membuat teman dan main bersama ditempat bermain. Seorang terqapis sosial membantu dengan memberikan fasilitas pada mereka untuk bergaul dengan teman-teman sebaya dan mengajari cara2nya.

6) Terapi Bermain

Seorang anak autistik membutuhkan pertolongan dalam belajar bermain. Bermain dengan teman sebaya berguna untuk belajar bicara, komunikasi dan interaksi social. Seorang terapis bermain bisa membantu anak dalam hal ini dengan teknik-teknik tertentu.

7) Terapi Perilaku.

Anak autistik seringkali merasa frustrasi. Teman-temannya seringkali tidak memahami mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya, Mereka banyak yang hipersensitif terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Tak heran bila mereka sering mengamuk. Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari latar belakang dari perilaku negatif tersebut dan mencari solusinya dengan merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak tersebut untuk memperbaiki perilakunya,

8) Terapi Perkembangan

Floortime, Son-rise dan RDI (Relationship Developmental Intervention) dianggap sebagai terapi perkembangan. Artinya anak dipelajari minatnya, kekuatannya dan tingkat perkembangannya, kemudian ditingkatkan kemampuan sosial, emosional dan Intelektualnya. Terapi perkembangan berbeda dengan terapi perilaku seperti ABA yang lebih mengajarkan ketrampilan yang lebih spesifik.

9) Terapi Visual

Individu autistik lebih mudah belajar dengan melihat (visual learners/visual thinkers). Hal inilah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan metode belajar komunikasi melalui gambar-gambar, Dan PECS ( Picture Exchange Communication System). Beberapa video games bisa juga dipakai untuk mengembangkan ketrampilan komunikasi.

10) Terapi Biomedik

Terapi biomedik dikembangkan oleh kelompok dokter yang tergabung dalam DAN! (Defeat Autism Now). Banyak dari para perintisnya mempunyai anak autistik. Mereka sangat gigih melakukan riset dan menemukan bahwa gejala-gejala anak ini diperparah oleh adanya gangguan metabolisme yang akan berdampak pada gangguan fungsi otak. Oleh karena itu anak-anak ini diperiksa secara intensif, pemeriksaan, darah, urin, feses, dan rambut. Semua hal abnormal yang ditemukan dibereskan, sehingga otak menjadi bersih dari gangguan. Terrnyata lebih banyak anak mengalami kemajuan bila mendapatkan terapi yang komprehensif, yaitu terapi dari luar dan dari dalam tubuh sendiri (biomedis).

II. RETARDASI MENTAL (TUNA GRAHITA)

Grahita dalam bahasa jawa berarti piker atau memahami, jadi Tuna Grahita adalah ketidakmampuan dalam berfikir. Pengertian cacat mental atau mental retardation (MR) pada mulanya memang mengacu pada aspek kognitif saja (ketidakmampuan dalam berfikir), tetapi ternyata aspek kognitif yang rendah ini juga akan berpengaruh dalam fungsi-fungsi psikologi yang lain sehingga defisinisi menjadi berkembang.

Retardasi mental ialah keadaan dengan intelegensia yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala utama ialah intelegensi yang terbelakang. Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo = kurang atau sedikit dan fren = jiwa) atau tuna mental. Retardasi mental bukan suatu penyakit walaupun retardasi mental merupakan hasil dari proses patologik di dalam otak yang memberikan gambaran keterbatasan terhadap intelektual dan fungsi adaptif. Retardasi mental dapat terjadi dengan atau tanpa gangguan jiwa atau gangguan fisik lainnya.

Perkembangan retadasi mental bervariasi, banyak anak dengan retardasi mental menjadi lebih baik seiring berjalannya waktu, terutama bila mereka mendapatkan dukungan, bimbingan dan kesempatan pendidikan yang besar. Mereka yang tumbuh dalam lingkungan yang kurang baik, dapat mengalami kegagalan untuk berkembang atau kemunduran dalam hubungannya dengan anak-anak yang lain.

Kriteria diagnostik retardasi mental menurut DSM-IV-TR yaitu :

1. Fungsi intelektual yang secara signifikan dibawah rata-rata. IQ kira-kira 70 atau dibawahnya pada individu yang dilakukan test IQ.

2. Gangguan terhadap fungsi adaptif paling sedikit 2 misalnya komunikasi, kemampuan menolong diri sendiri, berumah tangga, sosial, pekerjaan, kesehatan dan keamanan.

3. Onsetnya sebelum berusia 18 tahun

Penyebab Retardasi Mental

Retardasi mental dapat disebabkan oleh aspek biologis, psikososial, atau kombinasi keduanya. Penyebab biologis mencakup gangguan kromosom dan genetis, penyakit infeksi, dan penggunaan alcohol pada saat ibu mengandung. Walaupun demikian, lebih dari separuh kasus retardasi mental tetap tidak dapat dijelaskan, terutama dalam retardasi rental ringan. Kasus-kasus yang tidak dapat dijelaskan itu mungkin melibatkan penyebab dari unsure budaya atau keluarga, seperti pengasuhan dalam lingkungan rumah yang miskin. Atau mungkin penyebabnya merupakan interaksi antar factor psikososial dan genetis, hal yang masih amat minim dipahami.

Tingkat Retardasi Mental

Derajat keparahan Perkiraan rentang IQ Jumlah penyandang MR dalam rentang ini
Ringan (mild) 50-55 sampai sekitar 70 Kira-kira 85 %
Sedang (moderate) 35-40 sampai 50-55 10 %
Berat (severe) 20-25 sampai 35-40 3-4 %
Parah (profound) Di bawah 20 atau 25 1-2 %

Sikap masyarakat

Seseorang yang memiliki defisensi mental (mental retardasi) pada zaman dahulu tidak diperhatikan hak-hak azasinya dan dibiarkan terlantar tanpa ada pengasuhan untuknya. Tentu saja keadaan yang sedemikian ini juga disertai dengan sumpah serapah, bukannya dengan kasih sayang, karena kondisi lahirnya seorang anak yang tidak pernah diharpkan seperti itu. Pada bangsa Spartan dahulu kala, penderita mental retardasi dibuang ketempat yang jauh dari jamahan manusia, dan mereka ditinggalkan begitu rupa. Barulah kemudian disadari, bahwa keadaan tersebut bukanlah yang seperti itu, Artinya mereka itu bukanlah lahir sebagai kutukan.

Pada ada abad pertengahan, kurang lebih sekitar abad kesepuluh dan kedua belas penderita mental retardasi disamakan dengan penderita sakit jiwa, dan karena itu, sikap yang diberikan adalah pengasingan dan pengusiran. Di Perancis, pada abad ke 15 dan ke 16, mulai ada perhatian terhadap penderita mental retardasi, mereka mulai mendapatkan perawatan secara khusus. Mulai dikenal adanya perhatian serta perwatan yang diberikan kepada penderita mental retardasi, dimulai pendekatan ilmiah, setelah sebuah diskusi panjang berdasarkan tulisan dari MarieGaspard, yang berjudul Savage ofAveryon, yaitu ceritera tentang seorang anak laki-laki yang berusia 12 tahun,karena ditinggalkan oleh orang tuanya dihutan, sebagai anak yang mengalami mental retardasi, ditinggalkan oleh orang tuanya. Anak tersebut karena ditinggal dihutan, menyebabkan dia tidak berpendidikan, dan menjadi seorang mental retardasidalam taraf idiot. Anak tersebut kemudian setelah diketemukan hidup dalam hutan, akhirnya dicoba untuk dikembangkan, yaitu dengan melakukan pelatihan, namun anak tersebut tetap berada dalam keadaan idiot. hal ini lebih bersebab karena lamanya dia dalam pengasuhan binatang dan bukan oleh manusia selama didalam hutan.

Murid dari gaspard, yaitu Eduard Seguin, mencurahkan hidupnya dalam mengasuh anak-anak yang menderita mental retardasi, yaitu dengan melatih dan mendidik mereka yaitu dalam pelatihan motor-sensoris.

Penelitian berikutnya berkembang sedemikian rupa, dan kegiatan tersebut lebih diarahkan untuk melakukan pengembangan dalam melatih anak-anak yang mengalami retardasi mental, dan kemudian dikembangkan berbagai penelitian yang bertujuan untuk mengukur tes intelegensi.

Pencegahan dan Pengobatan

Pencegahan primer dapat dilakukan dengan pendidikan kesehatan pada masyarakat, perbaikan keadaan-sosio ekonomi, konseling genetik dan tindakan kedokteran (umpamanya perawatan prenatal yang baik, pertolongan persalinan yang baik, kehamilan pada wanita adolesen dan diatas 40 tahun dikurangi dan pencegahan peradangan otak pada anak-anak).

Pencegahan sekunder meliputi diagnosa dan pengobatan dini peradangan otak, perdarahan subdural, kraniostenosis (sutura tengkorak menutup terlalu cepat, dapat dibuka dengan kraniotomi; pada mikrosefali yang kogenital, operasi tidak menolong).

Pencegahan tersier merupakan pendidikan penderita atau latihan khusus sebaiknya disekolah luar biasa. Dapat diberi neuroleptika kepada yang gelisah, hiperaktif atau dektrukstif.
Konseling kepada orang tua dilakukan secara fleksibel dan pragmatis dengan tujuan antara lain membantu mereka dalam mengatasi frustrasi oleh karena mempunyai anak dengan retardasi mental. Orang tua sering menghendaki anak diberi obat, oleh karena itu dapat diberi penerangan bahwa sampai sekarang belum ada obat yang dapat membuat anak menjadi pandai, hanya ada obat yang dapat membantu pertukaran zat (metabolisme) sel-sel otak.

III. ADHD (Attention-Deficit Hiperactivy Disorder)

ADHD adalah gangguan perkembangan dalam peningkatan aktifitas motorik anak-anak hingga menyebabkan aktifitas anak-anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan. Ditandai dengan berbagai keluhan perasaan gelisah, tidak bisa diam, tidak bisa duduk dengan tenang, dan selalu meninggalkan keadaan yang tetap seperti sedang duduk, atau sedang berdiri. Beberapa kriteria yang lain sering digunakan adalah, suka meletup-letup, aktifitas berlebihan, dan suka membuat keributan.

Gangguan ini  biasanya didiagnosis pertama kali ketika anak berada di sekolah dasar, ketika masalah dengan perhatian atau hiperaktifitas-impulsifitas menyulitkan anak untuk menyesuaikan diri. Walaupun tanda-tanda hiperaktifitas sudah sering teramati sejak awal, banyak anak kecil yang terlalu aktif tidak menegmbangkan ADHD.

ADHD merupakan masalah psikologis y ang sering terjadi akhir-akhir ini. Gangguan ini diperkirakan mempengaruhi 3% samapi 7% anak-anak usia sekolah atau sekitar 2 juta anak amerika (APA 2002, dalam Jeffrey 2005). ADHD disiagnosis 2 sampai 9 kali lebih banyak diderita oleh anak lak-laki disbanding anak perempuan. Walaupun kurangnya perhatian merupakan dasar dari masalah, masalah-masalah lain yang mencakup ketidakmampuan untuk duduk tenang lebih dari beberapa menit, menggangu, temper tantrum, keras kepala, dan tidak berespon terhadap hukuman.

Aktifitas dan kegelisahan pada anak ADHD menghambat kemampuan mereka untuk berfungsi di sekolah. Mereka tamp[ak tidak dapat duduk dengan tenang. Mereka gelisah dan bergerak-gerak di kursi, mengganggu kegiatan anak-anak lain, mudah marah dan melakukan perilaku yang berbahaya seperti berlari kejalan tanpa melihat. Yang jelas, mereka menbuat orang tua dan guru merasa tidak berdaya.

Penyebab ADHD

Hingga saat ini penyebab ADHD belum dapat dipastikan. Terdapat berbagai teori tentang penyebab ADHD, sebuah teori mengasumsikan  konsumsi gula atau zat aditif yang berlebihan dalam makanan sebagai penyebabnya. Sedangkan teori yang lain menyatakan bahwa faktor genetis adalah penyebab utama.Para ahli masih meneliti bagian otak tertentu dan zat-zat yang mempengaruhinya.

Ciri-ciri Diagnostik dari ADHD

Jenis Masalah Pola Perilaku Khusus
Kurangnya perhatian a. Gagal memperhatikan detail atau ceroboh dalam tugas sekolah

b.  Tampak tidak memperhatiak apa yang dikatakan orang lain

c.  Kesulitan mempertahankan perhatian di sekolah atau saat main

d.  Tidak bisa mengikuti instruksi atau menyelesaikan tugas

e.  Kesulitan mengatur pekerjaan dan aktivitas lainnya

f.  Menghindari pekerjaan atau aktivitas yang  menuntut perhatian

g.  Mudah teralihkan perhatiannya

h. Sering lupa melakukan aktivitas sehari-hari

i.  Kehilangan alat-alat sekolah

Hiperaktivitas a.  Tangan atau kaki bergerak gelisah

b.  Meninggalkan kursi pada situasi belajar yang menuntut tenang

c.  Berlarian atau memanjat secara terus menerus

d.  Kesulitan untuk bermain dengan tenang

Impulsivitas a.  Sering berteriak di kelas

b.  Tidak bisa menunggu giliran dalam antrean

Untuk dapat didiagnosis  ADHD, gangguan ini harus muncul sebelum usia 7 tahun, secara signifikan menghambat fungsi akademik, social, dan pekerjaan, dan ditandai dengan sejumlah cirri klinis yang ada pada table diatas, serta telah terjadi lebih dari 6 bulan paling tidak pada dua situasi seperti sekolah, rumah, atau pekerjaan.

Gejala-gejala ADHD

ADHD dapat ditengarai sejak anak berusia sangat kecil. Pada bayi, gejala yang nampak, adalah:

1. Terlalu banyak bergerak, sering menangis, dan pola tidurnya buruk

2. Sulit makan/minum

3. Selalu kehausan

4. Cepat marah/sering mengalami temper tantrum

Pada anak balita, gejala ADHD yang kerap terlihat, adalah:

1. Sulit berkonsentrasi/memiliki rentang konsentrasi yang sangat pendek

2. Sangat aktif dan selalu bergerak

3. Impulsif

4. Cenderung penakut

5. Memiliki daya ingat yang pendek

6. Terlihat tidak percaya diri

7. Memiliki masalah tidur dan sulit makan

8. Sangat cerdas, namun prestasi belajar tidak prima.

Tidak semua anak yang mengalami ADHD terlihat memiliki gejala ini, karena sangat tergantung pada tingkat ADHD yang diidap.

Terapi-terapi yang diberikan

Terapi yang diberikan untuk tatalaksana pASIen ADHD harus dilaksanakan secara menyeluruh, dimulai dari EdukASI dengan keluarga, terapi perilaku hingga penatalaksanaan dengan obat-obatan farmASI. Beberapa terapi yang dapat diberikan adalah

1. Terapi Obat-obatan

Terapi penunjang terhadap impuls-impuls hiperaktif dan tidak terkendelai, biasanya digunakan antidepresan seperti Ritalin, Dexedrine, desoxyn, adderal, cylert,buspar, clonidine

2. Terapi nutrisi dan diet

Keseimbangan diet karbohidrat  protrein

3. Terapi biomedis

Suplemen nutrisi, defisiensi mineral, dan gangguan asam amino

4. Terapi perilaku

Sumber:

http://www.klikdokter.com/
http://conectique.com/tips_solution/parenting/health/article.php?article_id=3093
http://www.borobudurbiz.com/artindo/articles/36/1/Autisme/Page1.html
http://www.autis.info/
Jeffry, S. N., Spencer, A., & Beverly, G. (2005). Psikologi abnormal. Jakarta: Erlangga
Prabowo, H & Puspitawati, I. (1997). Psikologi pendidikan. Depok: Universitas Gunadarma

Harian Pelita


http://www.jevuska.com/category/article

2 Komentar »

  1. SAat ini jumlah anak yang berkebutuhan khusus sangat banyak, maka pengetahuan tentang hal tersebut diatas sangat penting untuk membantu dalam penanganan anak dengan berkebutuhan khusus

    Komentar oleh lifa — November 15, 2010 @ 12:52 pm

  2. Pusat Terapi dan Tumbuh Kembang Anak (PTTKA) Rumah Sahabat Yogyakarta melayani deteksi dini anak berkebutuhan khusus dengan psikolog, terapi wicara, sensori integrasi, fisioterapi, behavior terapi, Renang& musik untuk anak berkebutuhan khusus, terapi terpadu untuk autism, ADD, ADHD, home visit terapi & program pendampingan ke sekolah umum. informasi lebih lanjut hubungi 0274 8267882

    Komentar oleh nia — Juli 16, 2012 @ 3:08 am


RSS feed for comments on this post. TrackBack URI

Tinggalkan komentar

Blog di WordPress.com.